Dari Pinocchio
Cerita Anak - Saat sedang
menuju sekolah suatu hari, si bocah kayu kecil, Pinokio, bertemu dua orang
jahat yang meyakinkannya untuk bergabung dengan kelompok pertunjukan boneka.
Pinokio tampil di panggung dan membuat takjub penonton karena menari tanpa
tali.
Malam itu,
Pinokio tak sabar ingin pulang dan memberitahu ayahnya, sang pemahat Gepeto,
tentang pertunjukannya.
“Pulang?”
kata Sromboli sang dalang, sambil menyeringai. “Lucu sekali.”
Ia meraih
tubuh Pinokio dan melemparkannya ke dalam sangkar burung. Lalu mengunci
gemboknya dan meninggalkan Pinokio seorang diri di bagian belakang kereta.
Sesaat
kemudian, Jimmy Jangkrik berhasil mengejar kereta itu dan melompat ke belakang.
“Seharusnya aku mengawasimu,” kata Jimmy yang telah ditunjuk oleh Peri Biru
untuk menjadi hati nurani Pinokio.
Pinokio dan
Jimmy menatap ke luar kereta kearah
langit yang disinari cahaya bintang. Sebuah bintang berpendar terang dan mulai
melesat turun menuju kereta. Sinar bintang yang berputar-putar itu terhenti di
depan sangkar Pinokio, lalu muncullah Peri Biru.
“Hei,
Pinokio,” katanya. “Mengapa kau tidak bersekolah?”
“Ya,
begini,” jawab Pinokio pelan, “tadinya aku bermaksud ke sekolah, tapi aku
bertemu seseoarang…”
“Bertemu
seseorang?” kata Peri Biru.
“Benar,”
lanjut Pinokio. “Dua monster besar dengan mata hijau melotot!”
“Kau tidak
takut?” Tanya Peri Biru.
“Tidak, Bu,”
jawab Pinokio tandas. “Tapi, mereka mengikatku dalam karung besar!”
“Masa…?”
Tanya Peri Biru serius.
Pinokio
terus berbohong, dan setiap kali ia berbohong, hidung kayunya bertambah
panjang. Hidung itu terus memanjang, sampai menjulur ke luar sangkar dan di
ujungnya tumbuh daun. Di antara dedaunan itu ada sarang burung, berisi satu
keluarga burung.
“Lihat,
hidungku!” teriak Pinokio. “Kenapa hidungku?”
“Mungkin kau
tidak mengatakan yang sebenarnya, Pinokio,” kata Peri Biru. “Begini, sebuah
kebohonganakan bertambah besar sampai terlihat sejelas hidung di wajahmu.”
Pinokio
ketakutan. “Aku takkan pernah berbohong lagi. Aku berjanji!”
“Aku akan
memaafkanmu sekali ini,” kata Peri Biru. “Tapi, ini terakhir kalinya aku bisa
menolongmu. Ingat, seorang bocah yang tak mau jadi anak baik mungkin lebih baik
tetap jadi kayu.”
Peri Biru
mengetuk hidung Pinokio dengan tongkat ajaibnya, lalu ia menghilang.
Hidung Pinokio
kembali normal, dan kunci gembok sangkar secara ajaib terbuka sendiri. Pinokio
bebas mengejar impiannya menjadi seorang anak sungguhan. Impian itu akan
menjadi kenyataan selama ia tetap jujur.
#Kebohongan yang dikatakan untuk menghindari sebuah masalah biasanya
menciptakan lebih banyak masalah#
0 komentar:
Posting Komentar